
Barangkali bahasa yang paling pas bagi semua makhluk di bumi dalam berkomunikasi secara universal antar makhluk adalah ‘bermain’.
Perhatikan bagaimana seekor anjing dapat memahami instruksi teman manusianya untuk menangkap dan mengembalikan frisbee yang dilempar oleh si anak manusia. Seolah permainan yang mereka lakukan itu menjadi bahasa pemersatu antara manusia dan hewan.
Atau lihat kompetisi akbar empat tahunan ajang dunia yang memaksa semua mata manusia menatap ke arah satu benda yang mampu menghipnotis seluruh umat manusia yang menggilainya. Kejuaraan sepak bola kelas dunia bertajuk Piala Dunia, bukan hanya berbicara tentang pekerjaan bagi setiap atlet kelas atas saling berebut piala untuk menaikkan karirnya atau melejitkan namanya sebagai pemain papan atas. Kejuaraan itu bisa dilihat sebagai wahana permainan yang dipenuhi passion seluruh pesertanya untuk menggenapi fantasi dan imajinasi mereka di lapangan hijau, seperti atraksi seorang kiper menghalau bola hasil tendangan lawan ke arah gawangnya seperti yang pernah dilakukan Rene Higuita, kiper Kolombia yang terkenal dengan penyelamatan kaki kalajengkingnya.
Dari sisi sosial, sepak bola telah menjelma dari sekedar olahraga yang dipertandingkan menjadi satu media pemersatu segala ras dan budaya. Sepak bola juga menjadi lambang cinta dan berbagi dalam penerapannya bahwa team work dan kematangan emosi pemain menentukan kemenangan sebuah tim.
Akhir kata, sudahkah kamu menentukan siapa fantasistamu tanpa memikirkan dari negara mana dia berasal atau apapun agamanya? Let football unites the difference!
“Adidas is (A)ll (d)ay (I) (d)ream (a)bout (s)occer.” – David Beckham