
Madubrongto
Motif diambil dari: Batik, kain panjang laki-laki
Asal daerah: Keraton Surakarta, Jawa Tengah
Waktu pembuatan kain: Awal abad 19
Peruntukan: Pasangan pengantin dengan doa kehidupan rumah tangga yang manis
Ini adalah motif ceplok dari tanaman keladi air. Di awal abad 19, tanaman ini banyak digunakan untuk dirangkai menjadi karangan bunga upacara pernikahan setelah direndam semalaman dengan air jeruk nipis. Motif ini bernama madubrongto yang artinya lebah madu yang diasosiasikan dengan lebah yang menantikan kehadiran pasangan hidup. Pola yang saling bertaut satu sama lain melambangkan lebah yang bersatu. Motif ceplok dibuat kelipatan 6; dalam Candrasengkala (penulisan angka dalam sandi Jawa) angka 6 berarti madu, manis, legi, dan lebah. Di abad ke 19, batik Madubrongto diberikan sebagai hadiah kepada pria atau wanita muda kalangan kelas atas yang akan segera menikah.
definitely laugh. the thing that annoys me the most is that here in Germany all the fhosian magazines call “tie-dye” patterns as batik!! Argghh!! I feel like saying to them in the face – go to Indonesia or Malaysia and you’ll see the real deal.Btw, nice blog and love the fact that you make something weird looks amazing! 🙂
thank you for visiting my web! Hahaha, heard that before, I can’t believe how could they use that term, it’s downgrading the value of batik. Show them this page, this is how we extend our batik culture to another medium and conserving the philosophical value of each pattern.